Pages

Monday, January 11, 2016

Meng-AlQur'an-kan Kehidupan : Pengaruh Al-Qur'an dalam Diri Nabi saw

Bismillah.

Melayang-layangkan kehidupan ke angkasa raya (sumber)

"Al-Qur'an jauh lebih dicintai Allah berbanding langit dan bumi serta seluruh isinya." kata Sang Nabi saw yang mulia. [1]

Pada tempat yang lain, baginda saw mengungkap, "Tiada kalam yang lebih agung daripada Kalam Allah, Tiada jawaban yang lebih dicintai Allah yang diungkapkan oleh hamba kepada-Nya selain jawaban dengan kalam-Nya." [2]

Dalam meniti dunia penghujung zaman,
elok sekiranya kita menyemak kehidupan kita secara Qur'ani.

Tika kita mempersiapkan diri untuk kemajuan duniawi,
kita tetap percaya bahwa Al-Qur'an adalah sumber kejayaan.

Sembari cinta kita secerah pelangi di ufuk timur,
sangat indah jika keceriaan kita berpusat dari Kalam Allah.

Maka,
suka saya memperingatkan diri dan semua,

tentang keharusan kita untuk meneliti dan menyemak,
seutuh mana keterikatan jiwa kita terhadap Al-Qur'an.

Jangan sampai kita mendabik dada bangga dengan ilmu kita,
tapi ternyata kita sebenarnya kosong dari cahaya Kalam Ilahi.

Bersumberkan dari buku "Agar Al-Qur'an Menjadi Teman" karya Dr. Majdi al-Hilali,
sukacita saya menulis kisah-kisah berkait dengan Al-Qur'an,

sebagai pelembut jiwa,
dan mengegar nafsu hingga mengalir air mata taqwa dan iman.

Dan saya namakan slot ini dengan,
"Meng-AlQur'an-kan Kehidupan".

------------------------

Tak terlukis perhatian dan kecintaan Nabi saw kepada Al-Qur'an. Akalnya Al-Qur'an, hatinya Al-Qur'an. Saking kuatnya pengaruh Al-Qur'an dalam dirinya, sampai-sampai kepala beliau beruban, Suatu hari Abu Bakar ra masuk ke rumah Nabi saw dan berkata, "Engkau beruban sebelum waktunya, Rasulullah!" Seraya menjelaskan alasan kenapa dirinya beruban, beliau berkata, "Itu kerana surah Hud dan yang sejenis." [3]

Pada lain waktu, beliau berkata kepada Abdullah ibn Mas'ud, "Bacakan Al-Qur'an untukku."

"Membacakan Al-Qur'an untukmu?! Bukankah ia diturunkan kepadamu?" Ibn Mas'ud balik bertanya.

"Aku ingin mendengarnya dari orang lain," kata Sang Rasul saw.

Ibn Mas'ud lalu membacakan surah al-Nisa'. "Cukup!" kata Rasulullah saw, ketika bacaan Abdullah ibn Mas'ud sampai di ayat "Maka, bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) waktu Kami datangkan seorang saksi Rasul dari tiap-tiap umat, dan Kami datangkan kau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu sebagai umatmu?" [4] Abdullah ibn Mas'ud kemudian memandang wajah Rasulullah saw yang kedua matanya berlinang air mata. [5]

Begitu sempurna jiwa Nabi saw terisi Kitab Suci, dan begitu kuat pengaruhnya, bahkan mencapai tingkat bahawa semua yang dicetuskan beliau tidak lain adalah hasil pemahaman dari Al-Qur'an.

Seluruh kandungan pesan Al-Qur'an terangkum dalam sosok peribadi Nabi saw, menjelma dalam perilaku beliau. Seolah-olah Al-Qur'an itu Nabi saw sendiri. "Sesungguhnya Allah menurunkan peringatan kepadamu, dengan mengutus seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan kebenaran..." [6]

Tak salah bila Nabi disebut Al-Qur'an berjalan. Itulah kenapa ketika ditanya tentang akhlaq Nabi saw, Aisyah menjawab ringkas, "Akhlaq beliau Al-Qur'an. Bersikap redha kerana redha-Nya, murka kerana murka-Nya." [7]

Wallahu a'lam.

"Saya adalah pemuji Allah"

[1] HR Al-Darimi no. 3358 (rujukan)
[2] HR Al-Darimi no. 3353 (rujukan)
[3] (rujukan 1) (rujukan 2)
[4] QS Al-Nisa', 4 : 41. (rujukan)
[5] Muttafaqun 'alaih (rujukan)
[6] QS Ath-Thalaq, 65 : 10-11 (rujukan)
[7] HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan lain-lain (rujukan)

0 yang kongsi idea: